Tawa Iblis



Cerpen Karangan: 
Lolos moderasi pada: 7 December 2015

Naya. Itulah nama panggilan Gladissa Nayyara, salah satu sahabat baikku. Gadis yang misterius. Selalu datang tepat waktu dan selalu pulang duluan. Belum pernah ada yang mau bersahabat dengannya kecuali aku dan Maruti. Namaku Cabella Chera Andarista, akrab disapa Abel. Aku bersahabat baik dengan Nadisa Aimi (Maruti) dan Naya. Aku dan Maruti merasakan keanehan saat persami PRAMUKA, ada suatu yang lain dalam diri Naya. Jadi begini ceritanya..
Persami PRAMUKA Sekolah.
Malam hari. Persami PRAMUKA SMP 5 Bandung sudah terjalankan. Aku setenda dengan Jessie, Maruti dan tentunya Naya. Jessie, Maruti dan aku sangat menikmati persami tahun ini, namun sepertinya tidak untuk Naya.
“Nay, lo kenapa?” Tanya Jessie. “Mau jagung bakar enggak?”
Naya tidak menjawab. Ia tertunduk, terlihat menyeramkan.
“Jangan ditanya, dia emang kayak gitu,” Ujar Maruti sambil melirik Naya.
“Maruti!” Aku mengerutkan alis, “Udah ah yuk cabut aja!”
Maruti terdiam sambil menyeruput Wine greentea-nya.
Esok hari…
“Nay, lo mau ke mana?” Aku melirik Naya yang hendak ke luar dari tenda.
Wajah Naya datar. Ia terus ke luar dari tenda sambil membawa secarik kertas yang sudah lusuh.
“Naya!!” Pekikku. “Jawab!”
Naya menoleh beberapa saat, matanya yang merah mulai terlihat.
“Naya..” Aku tersentak kaget. “Marutii!!”
“Apaan sih lo bel?” Maruti menguap.
“Itu tuh, tadi lo ngelihat nggak sih Mar, mata si Naya tuh kayak.. Orang kesurupan!” Teriakku.
“Hah? Orang kesurupan?” Maruti memiringkan kepala. “Abel.. Abel.. ada-ada aja,”
“Ihh.. Maruti!” Aku mencoba membuat Maruti percaya. “Ikutin gue aja deh, sini!”
Aku dan Maruti mengikuti Naya sampai ke sebuah lereng miring, tampak sangat berbahaya. Di sana Naya berdiri, hendak melompat ke dalam jurang.
“Naya, lo udah gila ya?!” Maruti langsung panik. “Aduh, Nay! Astagfirullah!”
Naya melirik kami berdua. Tidak, itu bukan Naya.
“Itu.. Naya kan?” Tanyaku.
“Bukannya itu Jessie ya?” Maruti balik bertanya.
Kami menatap tajam orang itu. Rambut dan mulutnya mirip Jessie, namun mata dan hidungnya mirip Naya!
Sebenarnya.. Sebenarnya..
Siapa Orang Itu?!
Shhhh…
Angin. Angin datang bersama sakaratul maut gadis bertubuh kecil itu. Gadis itu melompat ke bawah jurang sambil tersenyum manis. Saat kejadian itu pun Maruti dan aku akan terus menyembunyikannya, pura-pura tidak tahu menahu bahwa sebenarnya Jessie dan Naya sudah meninggal dunia. Yang aneh, Jessie dan Naya terlihat baik-baik saja, mereka masih tertidur di tenda bersama kami!
Lalu, yang tadi itu siapa?!
Kelas Menyanyi.
Riuh gemuruh suara para murid SMP 5 Membuyarkan hening di kelas Menyanyi Mr. Deddy, gedung seperti mau runtuh. Di situlah kami lihat wajah pucat pasi Jessie-Naya tampak sekali.
“Maruti!”
“Apa?”
“Itu bener si Jessie kan?”
“Emm.. itu bener si Naya kan?”
“Kenapa nanya balik?!”
“Mereka hidup kan?”
“Mana aku tahu!”
Huuffhh.., Maruti meniup serunai dengan lembut. Disusul suara petikan sasando yang ku mainkan. Di dalam lagu itu, aku melamun. Melamunkan sebuah kisah yang akan aku tulis semuanya di dalam buku diariku. Jessie. Nay. Jessie. Nay. Jessie. Nay. Mereka tertidur di peti mati, menunggu penantian yang terakhir. Kejayaan yang tak pernah terlupakan. Hidup untuk menjadi penyemangat bangsa dan hidup kembali untuk terakhir kalinya. Mereka memperjuangkan..
“Cerita yang luar biasa,” Puji Mr. Deddy bangga.
Lamunanku buyar. Ternyata aku sudah menceritakan semua hal yang ada di dasar lubuk hatiku. Pastinya, tentang Jessie dan Naya.
“Eh.. Em..” Aku gugup.
“Cerita Fiksi yang kreatif,” Puji Mr. Deddy lagi. “Ada apa dengan Jessie dan Naya?”
Wajah Jessie dan Naya berubah menyeramkan. Aku tak sanggup menceritakan seluruh kisahnya.
Tiba-tiba Jessie dan Naya mendekatiku, dan..
Kurasa mereka telah memberikan hadiah besar untukku. Warisan Naya dan Jessie, yang kalanya adalah iblis yang sangat jahat. Mereka telah terpengaruh pengaruhmu wahai iblis.
Ku akui kau selalu menang. Ku lihat iblis tertawa melihat ajalku datang. Ku lihat Jessie dan Naya tertawa melihat ajalku datang.
The End
Previous
Next Post »