Mengharukan, Tentang Perjuangan Ibu: Pahitnya nasibku


                      

Kenalkan namaku rara aku dari pulau lombok, terlahir dalam keluarga serba sederhana tanpa ayah. Aku hanya punya ibu yang sekaligus menjadi ayah buatku. aku 5 bersodara, 3 laki dan 2 cewek, aku anak ke4. ayahku meninggal saat umur ku 1 setengah tahun, sedangkan adikku si bungsu umur 8 bln. aku dan sodaraku taunya makan dan main saja.

mata pencarian ibuku hanya setiap harinya hanya berbekal sebilah pisau dan galah bambu, karna memang tak ada peninggalan ayah yang berharga. dengan galah dan pisau itu ibuku berusaha mengambil daun pisang dari kebun orang yang kadang di beli dengan harga murah atau sekedar jadi imbalan membersihkan kebun mereka, dan banyak juga yang simpati atas keadaan kami sehingga tiap orang panen kami selalu di beri zakat beras.

dalam keluargaku hanya aku yang lulus SD dan selalu ranking pertama dikelasku. ibuku selalu tersenyum bila aku pulang bawa rapotku dengan nilai bagus.

pukul 3 pagi ibuku selalu pergi kepasar membawa daun pisang menaiki becak dengan perjalanan kepasar 4 jam dari rumah. ibu selalu berpesan saat dia berangkat kepasar, kalau adik jangan dibiarkan nangis bahkan adek jangan dibiarkan melihat orang lagi makan.

aku selalu bawa adikku kesekolah karna takut dia nangis kalau aku tinggal dirumah sendirian, karna waktu itu rumah tetangga sling berjauhan. Namun sebelum berangkat, ibuku tak pernah lupa untuk membungkuskan aku 2 potong ubi atau jagung kering yang digoreng tanpa minyak.

Previous
Next Post »