Stasiun Cinta



 Cerpen Karangan: 
Lolos moderasi pada: 27 November 2015



Hari ini aku tidak melihat wanita itu, karena rasa penasaranku. Ku dekati kursi di mana wanita itu sering duduk menunggu kedatangan kereta api. Dengan perasaan yang sedikit kecewa aku coba duduk dan mengamati sekelilingku, aku mencoba untuk mengikuti kebiasaan wanita itu, mendengakan musik dan membaca. Namun apa yang ku bisa suara orang-orang yang menunggu kereta api itu cukup mengacaukan konsentrasiku, sehingga ku tak bisa mendengakan musik dengan jelas dan tak bisa membaca dengan baik. “Tapi kenapa wanita itu bisa?” pikirku yang sedikit kesal.Dari kejauhan terlihat wanita sedang duduk di kursi tempat perhentian kereta api, atau bisa disebut stasiun. Wanita itu tampak sedang memakai alat yang terpasang di telinganya, sepertinya musik yang sedang ia dengarkan, sambil membaca novel. Tak lama setelah itu, kereta api yang sudah sejak tadi ditunggunya datang, suara kereta api yang begitu keras membuatku sadar wanita itu hilang dari hadapanku. Keesokan harinya aku kembali ke stasiun, dan masih sama dengan hari sebelumnya. Wanita itu duduk di kursi dan seperti biasa wanita itu membaca novel. Dari kejauhan aku mengamatinya, dia wanita yang cantik dan sopan.
Hari berikutnya, saat ku sampai di stasiun wanita itu sudah ada di kursi itu. Betapa senang hatiku melihat wanita itu lagi. Kali ini aku coba untuk mendekatinya, dengan langkah pelan tapi pasti aku mendekati wanita itu, mondar-mandir aku di depannya tapi wanita itu sama sekali tidak melirikku ataupun mempersilakan aku duduk. Aku mengikuti semua yang dilakukannya, mendengarkan musik dan aku coba memulai obrolan tapi semuanya sia-sia. Akhirnya aku berinisiatif menulis sebah kalimat di kertas untuk dibaca wanita itu.
“Hai..”
“Hallo..”
“Sendirian aja? Mau kemana?”
“Mau ke jogja,”
“Boleh minta nomor hp?”
Tuttt… Tuttt… pertanda kereta api jurusan jogja datang. Dan wanita itu pergi tanpa membalas suratku itu. Kecewa memang. Tapi kecewaku itu terbalaskan dengan adanya lampu hijau darinya, karena sudah mau membalas suratku.
Hari itu aku sangat senang karena akan bertemu lagi dengan wanita itu, aku akan menanyakan namanya, rumahnya di mana, dan meminta nomor hp-nya. Saat aku sampai ternyata kereta jurusan jogja sudah berangkat 5 menit yang lalu, tapi di kursi itu ada surat, mungkin itu adalah surat dari wanita itu. Saat ku buka betul saja, wanita itu menuliskan bahwa dia senang berkenalan denganku dan wanita itu pula memberikan nomor hp-nya dan nama, ternyata wanita cantik itu bernama Putri. Mulai hari itulah komunikasi antara aku dan Putri dimulai, tapi anehnya ia tak pernah mau ngangkat teleponku, dia hanya membalas smsku saja. Tapi begitu saja aku sudah sangat senang.
Dua bulan sudah aku tak bertemu dengan wanita itu, hati ini rasanya mau copot. Ku coba untuk mengajaknya ketemuan.
“Hai.. Putri. Nanti sore kamu sibuk gak? kalau gak sibuk kita bisa gak ketemu.”
“Enggak kok, aku gak sibuk. Mau ketemu di mana? Dan jam berapa?”
“Di Taman kota, jam 4.”
“oke, sampai ketemu nanti sore,”
“oke,”
Tik… tok.. tik.. tok… jarum jam terus berputar, dan tibalah pukul 4 sore, aku sudah sampai di taman kota. Dan tenyata Putri sudah sampai terlebih dahulu.
“Hai..” Sapaku, tapi Putri hanya membalasnya dengan senyuan manis.
“boleh aku duduk?” Tanyaku basa-basi, tapi Putrinya bergeser bemaksud memberikan tempat untukku duduk tanpa berkata.
Karena asyik saat smsan aku kira Putri sama, aku mengajaknya becanda dan dia hanya tersenyum, aku bercerita panjang lebar dan dia mendengarkan. Setelah selesai bercerita sejenak aku memandang matanya yang begitu penuh misteri.
“Kamu dengerin aku ngomong?” Tanyaku yang sedikit kesal, karena saat aku cerita dia tetap memakai headset di telinganya.
Karena kesal dia diam saja aku copot headsetnya dan karena aku penasaran dengan apa yang didengarkannya, aku pakai headset itu dan betapa bingungnya aku. Karena headset itu sebenarnya tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Dan ternyata Putri yang ku kenal itu wanita yang memiliki kekurangan tidak dapat mendengar dan tidak dapat berbicara. Namun apalah arti dari sebuah fisik jika hati sudah berbicara I Love You. aku terima semua kekurangannya. Dan Cinta tak pernah memandang Fisik, hanya butuh pengertian dan komitmen.
Previous
Next Post »