Cinta Samudera Segitiga
“Te..rima kasih..” ucapku dengan nada kedinginan.Coretan mungil ku tulis, kata demi kata terhubung menjadi suatu rangkaian kalimat. Ku nikmati petualangan ini, kehidupan yang awam dan penuh rintangan. Kadang ku merasa labil emosi dan batin dalam hal ini. Tak lama, alam berkumandang menandakan langit akan menangis, bergegas ku berteduh di bawah pohon yang mekar. Tak lama langit memotretku, dengan cahaya kilatnya. Waktu itu juga, ku lihat sosok misterius berjubah cokelat kehitam-hitaman. Dia mendekat dan mendekat, dan memberiku kehangatan dengan jaket tebalnya.
Namun dia tak bicara dan pergi meninggalkan dunia kehangatanku, hatiku bertanya-tanya. Siapakah dia? Seseorang yang memberiku kehangatan di saat langit menangis keras? namun lamunanku berhenti saat petir bernyanyi dengan lantang. Bergegas aku pulang, meninggalkan pohon yang mekar itu.
“Mah! aku pulang!” dengan rempongnya, aku bergegas ke kamar mandi.
“Kakak! Ini jaket siapa?” teriak Mamahku.
“jaket? gak tahu mah, tadi ada yang ngasih waktu Kakak kehujanan!” balasku. Mamahku memang “kepo,” kalau ada yang baru meski benda kecil dan sekecil bakteri pun dia tanyakan. Agak nyebelin sih, tapi.. ya itulah ciri khas Mamahku.
“Kakak! Ini jaket siapa?” teriak Mamahku.
“jaket? gak tahu mah, tadi ada yang ngasih waktu Kakak kehujanan!” balasku. Mamahku memang “kepo,” kalau ada yang baru meski benda kecil dan sekecil bakteri pun dia tanyakan. Agak nyebelin sih, tapi.. ya itulah ciri khas Mamahku.
Hai atmosfer, andai dia ada di sini.. ingin ku katakan semua resah gelisahku selama ini. Tetapi engkau lebih sayang padanya, 5 tahun yang lalu akhir ceritaku dengannya. Aku benar-benar merindukannya. Tuhan.. beri aku petunjuk, agar aku tak selalu merasa sendiri. Relung hati meneteskan air mata, tak kuasa aku menahannya. Ku lihat fotonya, makin hati ini tertusuk. Ah.. tiba-tiba dada terasa sesak, Ngik-Ngik-Ngik, hidungku bernyanyi dengan lantang, ku cari tabung kecilku. Namun tak ku dapat di sekelilingku.
“Ma, Ngik-Ma-Ngik!” bergegas Mamah menghampiriku dan mencoba membantu.
“Astagfirulloh.. kak! Kamu kenapa?” panik.
“ta.. ta.. bu.. ng!” ucapku. Akhirnya Mamah menemukan tabung kecil itu, dan “Ah..” napas panjang dan lega ku hembuskan.
“Ma, Ngik-Ma-Ngik!” bergegas Mamah menghampiriku dan mencoba membantu.
“Astagfirulloh.. kak! Kamu kenapa?” panik.
“ta.. ta.. bu.. ng!” ucapku. Akhirnya Mamah menemukan tabung kecil itu, dan “Ah..” napas panjang dan lega ku hembuskan.
“Sejak kapan kamu begini? Kok enggak bilang sama Mamah?! Kan kalau sudah begini susah sendiri!” tegurnya.
“ma.. ma..maaf mah, Kakak enggak mau ngerepotin Mamah!” dengan raut muka murung.
“Iya deh, kali ini Mamah maafin! Tapi lain kali kalau ada apa-apa, kasih tahu Mamah! Biar Mamah bisa bantu! Sudahlah, segera tidur! Sudah larut malam!” nada lembutnya ku rasakan kembali.
“Iya mah.. maafin Kakak ya mah! Oh ya mah, jangan lupa besok susu cokelat angetnya!” ucapku semangat.
“Iya Kakak! Siipp..” Candanya.
“ma.. ma..maaf mah, Kakak enggak mau ngerepotin Mamah!” dengan raut muka murung.
“Iya deh, kali ini Mamah maafin! Tapi lain kali kalau ada apa-apa, kasih tahu Mamah! Biar Mamah bisa bantu! Sudahlah, segera tidur! Sudah larut malam!” nada lembutnya ku rasakan kembali.
“Iya mah.. maafin Kakak ya mah! Oh ya mah, jangan lupa besok susu cokelat angetnya!” ucapku semangat.
“Iya Kakak! Siipp..” Candanya.
Besoknya, di kelasku ada murid baru. Ku tatap tajam matanya, semakin ku tatap semakin ku teringat pada waktu hujan kemarin.
“Perkenalkan, nama saya PJ,” dengan nada sopannya dan senyum simpulnya yang manis dipandang.
“Omg! Hellloww! Hari gini masih ada cowok ganteng and sopan lagi!” ucap Ndhelinz. Memang dia orangnya cerewet tapi seru juga kalau udah diajak ngobrol, apalagi masalah fashion dan style. K-pop banget! Dan dari lamunanku, tiba-tiba PJ mendekatiku dan berbisik.
“Perkenalkan, nama saya PJ,” dengan nada sopannya dan senyum simpulnya yang manis dipandang.
“Omg! Hellloww! Hari gini masih ada cowok ganteng and sopan lagi!” ucap Ndhelinz. Memang dia orangnya cerewet tapi seru juga kalau udah diajak ngobrol, apalagi masalah fashion dan style. K-pop banget! Dan dari lamunanku, tiba-tiba PJ mendekatiku dan berbisik.
“jaket itu..” mendengar itu badanku terasa lemas dan pucat, ternyata benar! Dia.
“What to the What What What! My handsome boy kenal lo Zee?” bisik Ndhelinz teman sebangkuku.
“ya.. enggaklah! Mana mungkin! Baru tatap muka barusan kok!” dengan nada agak membentak.
“What to the What What What! My handsome boy kenal lo Zee?” bisik Ndhelinz teman sebangkuku.
“ya.. enggaklah! Mana mungkin! Baru tatap muka barusan kok!” dengan nada agak membentak.
Bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa aku selalu pergi ke perpustakaan. Akan tetapi, di tengah-tengah perjalanan. “Bruk” suara tubrukan aku dan PJ yang membuat semua perhatian menuju ke arahku. Dan aku berhasil menjatuhkan barang kesayangannya hingga rusak, sontak dia marah dan membentakku.
“hey! Pake dong matanya!” dan pertama kalinya aku mendengar suara lancangnya, tiba-tiba asmaku kambuh, “Ngik-Ngik-Ngik,” PJ kebingungan dia mencoba membantuku namun keadaanku semakin parah. Hingga akhirnya aku dibawa ke RS terdekat.
“hey! Pake dong matanya!” dan pertama kalinya aku mendengar suara lancangnya, tiba-tiba asmaku kambuh, “Ngik-Ngik-Ngik,” PJ kebingungan dia mencoba membantuku namun keadaanku semakin parah. Hingga akhirnya aku dibawa ke RS terdekat.
Lima puluh menit kemudian, aku sadar dengan rasa pusing dan sakit di kepalaku.
“a.. a.. aku di mana?” Ucapku lirih.
“Aaahh! Zee! Lo masih hidup?! My friend Love Always Together!” teriak si cerewet.
“Duhhh! Ndhelinz! Bisa gak volumenya dikecilin?! Kasihan tuh si Uzee, baru sadar udah denger rock jalanan. Bisa-bisa dia pingsan lagi gara-gara suara lo!” canda PJ. Aku hanya tersenyum manis, melihat PJ dan Ndhelinz terlihat akrab.
“a.. a.. aku di mana?” Ucapku lirih.
“Aaahh! Zee! Lo masih hidup?! My friend Love Always Together!” teriak si cerewet.
“Duhhh! Ndhelinz! Bisa gak volumenya dikecilin?! Kasihan tuh si Uzee, baru sadar udah denger rock jalanan. Bisa-bisa dia pingsan lagi gara-gara suara lo!” canda PJ. Aku hanya tersenyum manis, melihat PJ dan Ndhelinz terlihat akrab.
Meski diam-diam aku menyukainya, tapi aku sadar dan aku tahu Ndhelinz menyukainya juga. Ya.. aku harus rela berkorban untuknya, untuk sahabat cerewetku yang cerewetnya bisa mecahin gelas. Tapi aku merasakan PJ menyukaiku, ahh.. entahlah, yang penting mulai hari ini aku harus jaga jarak dengannya. Aku enggak mau ngehancurin perasaan sahabatku.
“Aahhh! My friend Love Always Together? Kok ngelamun? Ngelamunin apa?” suara Ndhelinz membuyarkan lamunanku.
“ahh.. enggak.. enggak apa-apa kok!” ucapku meyakinkannya.
Mungkinkah kisah cintaku aka seperti samudera segitiga? Antara aku, PJ dan Ndhelinz?! Entahlah hanya Tuhan, aku dan PJ yang tahu.
“Aahhh! My friend Love Always Together? Kok ngelamun? Ngelamunin apa?” suara Ndhelinz membuyarkan lamunanku.
“ahh.. enggak.. enggak apa-apa kok!” ucapku meyakinkannya.
Mungkinkah kisah cintaku aka seperti samudera segitiga? Antara aku, PJ dan Ndhelinz?! Entahlah hanya Tuhan, aku dan PJ yang tahu.
Esoknya, aku dijemput PJ, Entah karena apa. Hatiku bertanya-tanya, apa mungkin benar apa yang aku pikirkan selama ini?
“hey! Ngelamun aja! Cepet tua loh!” canda PJ membangunkan lamunanku.
“iihh, siapa yang ngelamun? Orang lagi mikir tahu! Yu ah! Cuss ke sekolah!” ku putar topik.
“hey! Ngelamun aja! Cepet tua loh!” canda PJ membangunkan lamunanku.
“iihh, siapa yang ngelamun? Orang lagi mikir tahu! Yu ah! Cuss ke sekolah!” ku putar topik.
Sampai di sekolah, aku berhenti tepat di depan Ndhelinz dan tiba-tiba Ndhelinz memalingkan muka kepadaku. Apakah dia cemburu? Dan tiba-tiba PJ menggenggam tanganku, seolah-olah aku dan dia sudah pacaran.
“Apa-apaan si?!” ucapku sembari ku banting tanganku. Tapi dia malah lebih menatapku tajam-tajam, dan seolah-olah akan menciumku. dia berbisik, “Aku mencintaimu!” sekejap tubuhku lemas. Aku tak percaya! Ternyata dia mempunyai perasaan yang sama denganku! Ingin ku ucap, “Ya! Aku mencintaimu juga!” namun mulutku tak mampu. Sebab mataku melarangnya, ketika ia melihat Ndhelinz di samping kami.
“Oh.. O..m..g! Uzee! Lo tega!” ucap Ndhelinz dan langsung pergi meninggalkan kami. Sejak saat itu, Ndhelinz menjauhi aku. Dan aku menjadi seperti musuh bebuyutannya, aku sudah mencoba menjelaskannya tapi dia tetap tak mau mendengar.
“Apa-apaan si?!” ucapku sembari ku banting tanganku. Tapi dia malah lebih menatapku tajam-tajam, dan seolah-olah akan menciumku. dia berbisik, “Aku mencintaimu!” sekejap tubuhku lemas. Aku tak percaya! Ternyata dia mempunyai perasaan yang sama denganku! Ingin ku ucap, “Ya! Aku mencintaimu juga!” namun mulutku tak mampu. Sebab mataku melarangnya, ketika ia melihat Ndhelinz di samping kami.
“Oh.. O..m..g! Uzee! Lo tega!” ucap Ndhelinz dan langsung pergi meninggalkan kami. Sejak saat itu, Ndhelinz menjauhi aku. Dan aku menjadi seperti musuh bebuyutannya, aku sudah mencoba menjelaskannya tapi dia tetap tak mau mendengar.
Hari demi hari ku lewati, dengan suasana serba salah aku seperti menari di atas penderitaan orang lain. Ku beranikan bercerita kepada guru BP sekolahku, dan akhirnya dia punya rencana yang menurutku memang masuk akal. Sorenya rencanaku dimulai, dengan bantuan Mamahku aku berhasil mengelabui PJ dan Ndhelinz untuk bertemu di restoran dengan layanan Sms. Awalnya Ndhelinz terlihat senang, dan benar-benar senang. Tetapi ketika PJ taksengaja melihatku yang sedang bersembunyi, dia lekas meninggalkan Ndhelinz dan menghampiriku. Sontak Ndhelinz menjadi marah, ku coba untuk meninggalkan tempat itu, namun PJ terlebih dahulu memegang tanganku. Ku lihat dia Nampak marah juga kepadaku.
“Apa-apaan kamu!” dengan nada membentak.
“Kamu enggak bakalan tahu apa maksudku! Gara-gara kamu, persahabatan aku dan Ndhelinz ancur! Aku hanya ingin Ndhelinz seneng!” ucapku dengan nada tinggi dan diiringi air mata. Aku meninggalkan mereka berdua, dan lekas pulang ke rumah.
“Kamu enggak bakalan tahu apa maksudku! Gara-gara kamu, persahabatan aku dan Ndhelinz ancur! Aku hanya ingin Ndhelinz seneng!” ucapku dengan nada tinggi dan diiringi air mata. Aku meninggalkan mereka berdua, dan lekas pulang ke rumah.
“Aku bodoh!” berulang kali ku ucapkan itu di istanaku, dan sejak itu aku enggan ke luar, tak masuk sekolah dan untuk makan pun aku minta bantuan bibi dapur. Aku benar-benar down, kesehatanku memburuk, tingkat emosiku makin labil, dan parahnya tepat malam hari, penyakitku kambuh parah. Seisi rumah sedang lelap tidur, tak ada yang mendengar. Hanya aku dan Tuhan yang mengetahui kejadian itu, ku coba ke luar kamar untuk meminta bantuan. Tetapi mataku tak fokus dan kepalaku terasa pusing, hingga akhirnya aku jatuh tak sadarkan diri.
Esoknya bibi dapur menyapaku, namun kali ini bibi dapur berteriak histeris. “Non!!? Nyonya! Non Uzeee!” Mamah yang sedang sibuk dandan pun lekas pergi dari kamar riasnya.
“Ada apa?!” ucapnya. Dan tak lama Mamah pun ikut berteriak histeris, dia lekas membawaku ke rumah sakit.
Setibanya aku langsung memasuki ruang UGD, dan dokter langsung memeriksaku.
“Bagaimana dok, keadaan anak saya?” dengan nada tegang.
“Maaf, anda telat membawa anak anda ke sini!” ucap dokter dengan nada sedih.
“Maksud dokter?” Mamah nampak tegang.
“Ia… me…” dokter tak sanggup mengucapkannya.
“Me.. me.. apa dok?! Bicaralah!” disambung dengan isak tangis Mamah.
“Ada apa?!” ucapnya. Dan tak lama Mamah pun ikut berteriak histeris, dia lekas membawaku ke rumah sakit.
Setibanya aku langsung memasuki ruang UGD, dan dokter langsung memeriksaku.
“Bagaimana dok, keadaan anak saya?” dengan nada tegang.
“Maaf, anda telat membawa anak anda ke sini!” ucap dokter dengan nada sedih.
“Maksud dokter?” Mamah nampak tegang.
“Ia… me…” dokter tak sanggup mengucapkannya.
“Me.. me.. apa dok?! Bicaralah!” disambung dengan isak tangis Mamah.
“Dokter! Lihat!” ucap salah satu susternya. Dokter melihat keadaanku.
“Allhamdulillah.. kerja keras kita tidak sia-sia!” dengan nada lega.
“Bagaimana dok? Apa dia baik-baik saja?” ucap Mamah.
“allhamdulillah bu, dia masih diberi umur oleh Allah! Namun sekarang dia mengalami koma, dan entah apa dia akan sadarkan diri atau meninggal” ucap dokter.
“astagfirullah, Kakak! Nak! Bertahanlah! Mamah nggak mau kehilangan kamu nak!”
“Allhamdulillah.. kerja keras kita tidak sia-sia!” dengan nada lega.
“Bagaimana dok? Apa dia baik-baik saja?” ucap Mamah.
“allhamdulillah bu, dia masih diberi umur oleh Allah! Namun sekarang dia mengalami koma, dan entah apa dia akan sadarkan diri atau meninggal” ucap dokter.
“astagfirullah, Kakak! Nak! Bertahanlah! Mamah nggak mau kehilangan kamu nak!”
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Tiga bulan berlalu, dan hari ini tepat hari ulang tahunku ke-17. Aku yang terkulai lemas berbaring, diam membeku dan hanya menutup mata. Siangnya temanku Ndhelinz dan PJ menjengukku, di saat itulah Ndhelinz menyadari kesalahannya selama ini. Dia pun bercerita tentang apa yang terjadi kepadaku selama Mamahku pergi kerja di luar kota.
“bu, aku ingin membicarakan sesuatu. Tetapi aku ingin bicara hanya berdua,” Ndhelinz mengajak Mamahku pergi ke luar ruanganku dan meminta PJ menemaniku.
Pj tiba-tiba memegang tanganku dan berbisik, “Aku tahu, kau mencintaiku. Aku tahu, kau menyayangiku. Tapi mengapa engkau tak bilang dari dulu? Mengapa engkau korbankan perasaanmu hingga engkau sakit begini? Maaf, mungkin ini salahku yang kurang peka kepadamu. Tapi aku berjanji, sepanjang hidupku aku akan menjagamu! Tolong, sadarlah! Aku ingin menghabiskan hari-hariku bersamamu! Bersama canda tawamu! Tolong! Sadarlah! Bangunlah!” air mata PJ tak mampu dibendung, ia menangis menyesali semuanya.
Pj tiba-tiba memegang tanganku dan berbisik, “Aku tahu, kau mencintaiku. Aku tahu, kau menyayangiku. Tapi mengapa engkau tak bilang dari dulu? Mengapa engkau korbankan perasaanmu hingga engkau sakit begini? Maaf, mungkin ini salahku yang kurang peka kepadamu. Tapi aku berjanji, sepanjang hidupku aku akan menjagamu! Tolong, sadarlah! Aku ingin menghabiskan hari-hariku bersamamu! Bersama canda tawamu! Tolong! Sadarlah! Bangunlah!” air mata PJ tak mampu dibendung, ia menangis menyesali semuanya.
Dan tak lama kemudian tanganku bergerak sedikit demi sedikit, hingga mataku membuka sedikit demi sedikit. Spontan PJ langsung pergi menemui Mamahku.
“bu! Uzee telah sadar! Aku akan pergi ke dokter untuk memastikannya!” teriaknya kegirangan.
Mamah langsung memasuki ruanganku dan berteriak kepadaku, “Kakak?!” aku mulai tersadar dan kembali memasuki alam sadarku.
“bu! Uzee telah sadar! Aku akan pergi ke dokter untuk memastikannya!” teriaknya kegirangan.
Mamah langsung memasuki ruanganku dan berteriak kepadaku, “Kakak?!” aku mulai tersadar dan kembali memasuki alam sadarku.
“di.. di.. di mana aku?” dengan terbata-bata. Tak lama dokter datang dan memeriksaku, dan dia Nampak senang dengan keadaan aku hari ini.
“selamat Ibu! Dia telah melewati masa kritis, dan ajaibnya dia langsung tersadar tanpa ada gangguan apapun!” ucapnya. Ku lihat orang-orang di sekelilingku merasa senang, dan sorenya aku diperbolehkan pulang ke rumah.
“selamat Ibu! Dia telah melewati masa kritis, dan ajaibnya dia langsung tersadar tanpa ada gangguan apapun!” ucapnya. Ku lihat orang-orang di sekelilingku merasa senang, dan sorenya aku diperbolehkan pulang ke rumah.
Di rumah, aku selalu ditemani PJ. Makan dan minum selalu disuapin, dia selalu mengajakku jalan-jalan sore dengan kursi rodaku. Aku merasa nyaman dengannya, hingga di suatu sore dia berbicara kepadaku.
“Hai uzee, kau tahu? Aku ingin mengenalimu secara mendalam!”
“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti!” ucapku.
“Aku menyukaimu, terimalah rasa sukaku! Kau tahu? Saat pertama aku melihatmu di tempat ini saat hujan dulu, aku terpaku padamu! Dan tenanglah tentang Ndhelinz, dia sudah menyadarinya. Dan dia mensupport kita jadian!” meyakinkanku.
“Hai uzee, kau tahu? Aku ingin mengenalimu secara mendalam!”
“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti!” ucapku.
“Aku menyukaimu, terimalah rasa sukaku! Kau tahu? Saat pertama aku melihatmu di tempat ini saat hujan dulu, aku terpaku padamu! Dan tenanglah tentang Ndhelinz, dia sudah menyadarinya. Dan dia mensupport kita jadian!” meyakinkanku.
“Apa benar?! Tapi apa kamu tidak akan terganggu? Tidak malu? Atau apalah tentangku?!” sembari menatap PJ.
“tenang! Aku orangnya sabar kok! loyal! Peka! Apa adanya!” candanya.
“Ahh.. perasaanmu saja!” ucapku.
“So, bagaimana? Ya atau tidak?” dengan nada tegang.
“Euu… Mmm, i..iya deh..” ucapku sembari terseyum.
“tenang! Aku orangnya sabar kok! loyal! Peka! Apa adanya!” candanya.
“Ahh.. perasaanmu saja!” ucapku.
“So, bagaimana? Ya atau tidak?” dengan nada tegang.
“Euu… Mmm, i..iya deh..” ucapku sembari terseyum.
Dia Nampak kegirangan mendegar jawabanku, dia memelukku dan berbisik, “Aku janji akan selalu menjagamu! Menyayangimu! Tak akan pernah menyakitimu! Aku janji! I love U..”
Dan sejak saat itu, kehidupanku mulai membaik. Ku mulai bangkit dari kehidupan down-ku, dan kehidupanku dengan Ndhelinz semakin membaik dan selalu bersama seperti dahulu, hingga saat ini perjalanan kisah cinta aku dan dia sudah terjalin selama satu tahun lebih dengan warna-warni kisah dunia.
Dan sejak saat itu, kehidupanku mulai membaik. Ku mulai bangkit dari kehidupan down-ku, dan kehidupanku dengan Ndhelinz semakin membaik dan selalu bersama seperti dahulu, hingga saat ini perjalanan kisah cinta aku dan dia sudah terjalin selama satu tahun lebih dengan warna-warni kisah dunia.
Sign up here with your email

ConversionConversion EmoticonEmoticon